Sabtu, 23 November 2013 0 komentar

masalah

hampir setiap malam Zay tak bisa tidur, mahasiswa semester lima itu sedang didera berbagai masalah. masalah dirinya, masalah organisasinya, masalah tempat tinggalnya, dan masalah hatinya. enatah apa yang sedang terjadi ketika ia berjalan lunglai dengan air wajah yang keruh, kusut dan sebagainya yang terlihat oleh orang lain begitu merana. dia berhenti pada sebuah genangan air keruh berkaca dia disana tak bisa ia melihat muka kusutnya digenangan air keruh itu, masalahnya begitu banyak, tubuh kurusnya seakan tidak mampu menopang sendi sendi yang begitu banyak menanggung beban, layaknya grobak tua membawa berton padi di atasnya.
Kamis, 14 November 2013 0 komentar

Wanita Tak Begitu Cantik


Empat buah novel berserakan diatas meja kusam berdebu, kamar yang tak terlalu besar baju kotor tergantung semaunya, bayangan Dewi Lestari, Ayu Utami masih membayang hangat dibenak Zay, ia manusia setengah matang yang kadang masih labil dalam segala urusan, pagi ini Zay bangun dengan badan terasa sangat lelah, kusut, semerawut, dengan perasaan yang tak bisa diajak untuk semangat hari ini, hari ini senin, jadwal kuliah tak dihiraukannya lagi, yang diinginkannya hari ini bisa membuang perasaan yang sangat menyiksanya disetiap malam, pagi, siang dan bahkan memotong waktu tidurnya, semuanya berawal dari kenyataan yang diterimanya dari seseorang yang benar-benar membuat otak sempoyongan, tampil disetiap sudut otaknya, dibuatnya error otak ini, bahkan Zay pernah hampir mati jatuh dari kendaraan sialan yang selalu disayanginya, akibat dari memikirkan orang yang tak pernah memikirkan perasaanya. 
Malam itu setengah dari malam yang akan melelahkan, Zay bertemu orang yang selalu dianggap sebagai kakaknya disini, Zay mendengar kabar tidak bagus tentangnya, tentang Zay yang menjadi Marquez yang menyerobot Lorenzo untuk merebut podium dengan wanita tak begitu cantik diatasnya, pada awalnya Zay tidak percaya dengan semua itu, tetapi semuanya dia bicarakan dengan jelas bahwa Lorenzo benar-benar menantangnya hari itu dengan menyebut inisial Zay dengan jelas pada sebuah jejaring sosial yang tak pernah punya account-nya, ini yang menyulut Iron Man untuk Membuat beribu baju perang untuk menghancurkan Mandarin , dinding-dinding hatinya mengembang, mengisi penuh setiap inchi rongga dadanya, sesak, jantungnya berdetak tak beraturan, bak si jago merah yang melahap dedaunan kering ditengah padang yang luas, tertiup angin malam semakin besar pula dampaknya, sungguh malam yang panjang yang dialami Zay, malam jahanam. Semangatnya surut, perasaannya gundah, seperti semuanya ingin ia keluarkan dalam sebuah teriakan kosong di atas himalaya yang tak pernah didengar siapapun, kecuali tuhannya. hari itu semua kegiatanya terasa pucat tak berwarna, ia lalui tanpa semangat, hanya senyum kusam dimuka kusamnya.
Zay, lelaki tangguang yang masih labil, yang suka girlband Jkt48, kadang suka musik rock juga, dia memang aneh, hidupnya penuh kontradiksi, keahliannya tak banyak, tapi yang paling menonjol adalah membuat suasana hangat dalam setiap pembicaraan, entah dari mana dia mendapatkan kemampuan itu, mungkin dia pelajari dari alam yang selalu hangat menyapa disetiap pagi, dan menyejukan pada malam hari, kesalahan terbesar dalam hidupnya adalah yang sekarang ia alami, mencintai tanpa berpikir, apakah cinta harus dipikirkan? bukankah cinta bukan berasal dari otak, ini soal perasaan, tidak ada sangkutanya dengan pikiran, tapi pada nyatanya cinta bisa mempengaruhi kerja otak, asu'dah'lah, persetan dengan semua itu, pikirnya. Zay memang mencintai karena dia melihat orang dengan kebiasaanya,cinta datang karena terbiasa, tumbuh bersama rerumputan yang menghijau jika disiram air yang tulus, berkembang tak beraturan setiap harinya, Zay tidak mengerti apa yang sedang terjadi padanya,  hari-hari yang ia jalani memang indah saat wanita tak begitu cantik itu ada di dekatnya, entah harus memakai kalimat apa untuk menggambarkan perasaan Zay pada saat itu.
Tibalah malam itu, rintik hujan sudah lelah menyirami rerumputan yang sedang tidur itu, semua kegiatan Zay hari itu sangat melelahkan, tapi dia masih bisa menata kata-kata untuk menyelesaikan kegundahan dihatinya, api unggun menyalakan kembali semangat dan keberanianya, untuk melakukan apa yang tidak dilakukan oleh para pengecut yang hanya bisa mengumpat dibelakang topengnya, malam itu Zay benar-benar sudah siap dengan segala resiko yang akan terjadi. merangkai buih-buih tak beraturan, menatanya sedemikian rupa, di bawah malam yang penuh benda-benda bertebaran tak beraturan tetapi indah ketika pandangan menyapu setiap benda itu, api  unggun yang telah jadi bara merah merona hanya menyisakan kehangatan, seakan telah jinak oleh kesejukan malam itu, duduk berdua di kursi kerdil, Zay memulainya dengan hati-hati, tak ingin salah dalam setiap kata yang keluar dari mulutnya. pita suaranya terasa kaku tak seperti layaknya, kata demi kata, kalimat demi kalimat, tersusun sempurna, semuanya mengalir lembut, terkadang hening sejenak, lalu mengalir kembali, hingga pada saatnya Zay mengungkapkan apa yang sedang dirasakannya kepada wanita disebelahnya, hening alam sedang mendengarkan apa yang diucapkan Zay pada wanita tak terlalu cantik itu, perlahan, lembut, namun semuanya tersampaikan yang pada intinya Zay mengungkapkan rasa cintanya pada wanita tak terlalu cantik itu, jawaban pun berlangsung sangat perlahan tak ingin sekecil semut pun yang mendengarnya, hanya kami yang tak sempat menjadi kami yang mendengar dan memahami semua perkataan itu, ini perasaan yang berbicara. setelah semua kata yang beranjak dari bibir mungilnya telah meninggalkan sebuah kecewa dalam diri Zay, lelaki itu tidak menunjukan apa yang sedang dia rasakan berusaha menutupi luka kecil itu yang teriris oleh cintanya sendiri yang tak bersambut, bintang-bintang bersembunyi dibalik gelapnya malam itu, dingin yang tak terasa dingin lagi, bara merah didepannya membeku tak menghasilkan asap, semuanya telah hilang berlalu hanya meninggalkan jejak kecil yang pedih tak berperi,  gelap. sungguh gelap. ternyata hati sang wanita telah berisi penuh oleh lelaki metro teman Zay sendiri. semakin gelap.
Hari-hari selanjutnya Zay bersikap seperti biasanya, tak peduli dengan apa yang terjadi pada dirinya, namun dia masih menjaga jarak dengan wanita tak begitu cantik itu, karena dia tahu dia bukan orang yang dikehendaki untuk dekat dengan wanita itu, tetapi wanita tak begitu cantik itu  menganggap sikap Zay tak wajar seakan ingin membuang dirinya. padahal Zay bersikap seperti itu agar lelaki metro itu bisa mendekatinya seperti yang diinginkan wanita tak begitu cantik itu. Zay mengharapkan wanita tak begitu cantik tapi imut itu bisa bahagia pilihanya, semoga.
 
;